Eksploitasi
sumber daya di Papua dengan pendekatan dari atas ke bawah 1989-2010
Berikut
adalah sebagian kasus yang dilaporkan
dalam
terbitan berkala DTE selama lebih dari
22
tahun terakhir. Angka dalam kurung
mengacu
pada edisi terbitan berkala terkait.
Daftar
ini tidak lengkap, tetapi memberikan
indikasi
besarnya kerusakan sumber daya Papua
dalam
beberapa dekade terakhir.
1989:
Marubeni dari
Jepang dijadwalkan
untuk
mulai mengimpor kayu serpih dari
daerah
hutan bakau di Teluk Bintuni sebagai
bagian
dari proyek bersama PT Bintuni
Utama
Murni yang
mencakup kegiatan
pabrik
kayu serpih di Pulau Amutu Besar.Tak
ada
AMDAL, dan konsesi itu tumpang tindih
dengan
area hutan konservasi (1). Di Jepang
protes
terhadap proyek itu dilancarkan oleh
JATAN
dan FoE Jepang (6).
Scott
Paper melanjutkan
rencana
pembukaan
perkebunan dan proyek bubur
kayu
di Merauke setelah mendapat
persetujuan
pemerintah pada bulan Oktober
1988
(1). Surat protes dilayangkan oleh
sejumlah
ORNOP (2) dan aksi protes juga
dilancarkan
di Jakarta (3). Perusahaan
akhirnya
menarik diri dari proyek tersebut
(6).
Perusahaan
Finlandia Rauma-Repola Oy
tengah
menjajaki kerja sama patungan dengan
PT
Furuma Utama Timber Co, untuk
mengembangkan
proyek kertas dan bubur
kayu
di Papua (6).
Konglomerat
Indonesia PT Garuda Mas
melakukan
studi kelayakan untuk pabrik
pemrosesan
sagu di distrik Sorong (1). PT
Sagindo
Sari Lestari telah membangun
pabrik
sagu di Bintuni-Manokwari (4)
Enam
puluh enam dari 77 pemegang HPH
dilaporkan
telah menghentikan kegiatan
penebangan
mereka (1). Perusahaan Australia
McLean
Ltd berencana
untuk melakukan
penebangan
di atas lahan HPH seluas 60.000
hektare
di daerah Mamberamo melalui kerja
sama
dengan PT Sansaporinda, yang disebut
Mamberamo
Forest Products (5).
BUMN PT Aneka Tambang
berencana untuk
membuka
tambang nikel di Pulau Gag dengan
dukungan
finansial dari Queensland Nickel
Joint
Venture,
Australia (3).
Ekspansi
besar-besaran terjadi di tambang
Freeport
dengan
peningkatan produksi
emas
sebanyak tiga kali lipat dari 5 ton
menjadi
15 ton dalam 3 tahun ke depan dan
produksi
konsentrat tembaga dari 25.000
ton
menjadi 40.000 ton per hari. Freeport
merayakan
ulang tahunnya yang ke 21 sambil
meraup
keuntungan terbesar yang pernah
dicapai.
Seorang pekerja medis melaporkan
telah
terjadi 143 kecelakaan kerja yang serius
dan 4
kematian dalam 3 tahun terakhir (5).
Perusahaan
patungan penebangan hutan
Korea
Selatan-Indonesia, You Liem Sari
(anak
perusahaan You One Construction)
dan PT
Kebun Sari telah menghancurkan
penghidupan
90 keluarga di Muris, dekat
Jayapura
(6).
1990: Investigasi
oleh kantor berita Jepang,
Kyodo,
menemukan bukti pembalakan liar di
Teluk
Bintuni oleh Bintuni Utama Murni
Wood
Industries yang didukung oleh
Marubeni
(7).
Di Teluk Bintuni, pemilik
tanah
suku Iraturu menuntut royalti dari
perusahaan,
sementara kampanye terhadap
keterlibatan
Marubeni dalam perusakan
hutan
bakau terus berlanjut di Jepang (10).
Perusahaan
itu diperintahkan untuk
menghentikan
kegiatannya dan didenda oleh
Menteri
Kehutanan karena pembalakan liar
(11).
Perusahaan
minyak Amerika Serikat Conoco
akan
melakukan pengeboran sumur minyak
yang
konon terbesar di Papua di daerah
Kepala
Burung sesuai dengan perjanjian bagi
hasil
dengan perusahaan minyak negara
Pertamina
(8).
Pengapalan
pertama ke Jepang tepung sagu
yang
diproduksi oleh Sagindo Sari Lestari
melalui
kegiatannya di Teluk Bintuni.
Perusahaan
itu mengumumkan rencana
untuk
mendatangkan 200 keluarga
transmigran
untuk memenuhi kebutuhan
tenaga
kerja. (9).
Freeport
melakukan
negosiasi untuk
memperluas
kawasan kontrak menjadi 20
kali
lebih besar dari luas awalnya. (10).
Ornop
Indonesia SKEPHI melaporkan bahwa
77
pemegang HPH sudah mendapatkan 12,9
juta
hektare dan mengatakan bahwa 70%
dari
hutan Papua seluas 41,8 juta hektare
telah
dialokasikan untuk berbagai jenis
eksploitasi
(penebangan hutan, pembangunan
waduk,
lokasi transmigrasi, perkebunan,
pertambangan
dan minyak) (10).
PT
Yapen Utama Timber siap
menghancurkan
hutan perawan Pulau Yapen
dan
penghidupan masyarakat di pulau itu
(10).
Pemerintah
memberikan lampu hijau kepada
19
pabrik bubur kayu baru, empat di
antaranya
berada di Papua (11).
2009:
Komitmen
perubahan iklim BP untuk
proyek
Tangguh dicermati lebih dekat
seiring
dengan akan beroperasinya proyek
gas
itu. Sekitar 3 juta ton karbon dioksida
akan
dilepaskan per tahun, menurut
dokumen
AMDAL (80-81).
Freeport
mengakui
bahwa perusahaan itu
masih
membayar militer Indonesia (80-81).
Adanya
penembakan-penembakan yang
mengakibatkan
korban tewas di dekat
pertambangan
memicu organisasi masyarakat
sipil
setempat untuk menyerukan dialog
damai
guna menyelesaikan konflik di Papua.
Warga
Amungme selaku pemilik tanah
mengajukan
gugatan baru terhadap Freeport
dan
menuntut ganti rugi sebesar US$30
miliar
untuk perusakan lingkungan hidup dan
pelanggaran
HAM (82).
Sedikitnya
3 perusahaan eksplorasi
pertambangan
Australia mencari kandungan
tembaga
dan emas besar di Papua, yaitu
Hillgrove
Resources di
distrik Sorong dan
Manokwari,
Arc Exploration Ltd (dahulu
Austindo
Resources Corporation) di Teluk
Bintuni,
melalui perusahaan bernama PT
Alam
Papua Nusantara, dan Nickelore
Ltd, di
daerah yang berbatasan dengan
konsesi
Freeport (82).
Pemerintah Provinsi Papua
mengumumkan
rencana
untuk membangun waduk
pembangkit
listrik tenaga air di Komauto
untuk
memasok listrik, mendukung proyek
semen
di Timika serta pembangunan
pariwisata
di Paniai (83).
2010: Pemerintah
menargetkan lahan seluas
250.000
hektare untuk perkebunan tanaman
industri
dan tanaman rakyat pada tahun
2010-2014
dari total jumlah 2,7 juta hektare
dalam
skala nasional. Hutan yang baru
merupakan
bagian dari strategi pemerintah
untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca.
(84).
Penebangan
liar dianggap sebagai penyebab
banjir
bandang di distrik Wasior yang
menelan
banyak korban. (87).
Perusahaan
Cina, Far East, ingin menanamkan
modal
dalam pertambangan batu bara di 5
daerah
di distrik Manokwari (87).Timika and
support
tourism development in Paniai (83).
Artikel
selengkapnya dapat dilihat di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar